BANDUNG - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa wilayah Jawa Barat memiliki beragam jenis destinasi wisata mulai dari wisata budaya, wisata bahari hingga wisata cagar alam. Jenis wisata bahari serta wisata cagar alam yang dapat dicoba oleh wisatawan di Jawa Barat adalah wisata gua. Menurut data dari Disparbud Jawa Barat, setidaknya ada lima wisata gua yang dapat dinikmati wisatawan saat libur panjang terkait dengan peringatan Islah Milaj pada tanggal 28 Februari 2022.

Objek wisata gua yang pertama adalah Gua Pawon di Kabupaten Bandung Barat.

Objek wisata Gua Pawon terletak di kawasan Karst Citatah yang terkenal dengan bebatuan purbanya di Kabupaten Bandung Barat.

Gua Pawon terletak di Desa Cibukul, Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Wisatawan perlu merogoh kocek sebesar Rp 5.000 hingga Rp 10.000 untuk dapat menjelajahi gua purba ini.

Gua Pawong ini merupakan salah satu bukti kuat bahwa Danau Bandung Purba pernah ada.

Suara anak tangga batu dan kicauan kelelawar menyambut para wisatawan saat mereka menaiki anak tangga menuju bibir gua.

Kemudian stalagmit dan stalaktit berderet sepanjang belasan meter, seakan menyangga atap gua yang ditembus sinar matahari.

Karena stalagmit bertambah hanya 0,2 mm per tahun, tidak terbayangkan berapa lama proses ini dapat berlangsung.

Pengunjung juga dapat melihat jejak kehidupan manusia purba di gua ini.

Menurut informasi terakhir, para arkeolog dari Universitas Pajajaran (Unpad) telah melakukan penggalian di Gua Pawon.

Di sini, para ilmuwan menemukan kerangka, gigi, tembikar, dan mata tombak yang digunakan oleh orang zaman dahulu untuk berburu.



Pangeran Maja

Gua Pawon yang terletak di antara pegunungan kapur ini juga terkait erat dengan kisah Sangkryan.
Konon Dayan Sunbi, ibu Sangkryan, dulunya tinggal di Gua Pawon dan dipertemukan dengan Sangkryan di daerah sekitar Tangkuban Perahu sekarang.

Yang kedua adalah Gua Palat, yang terletak di Kawasan Hutan Lindung atau Cagar Alam Kabupaten Pangandaran, memiliki panjang interior sekitar 300 meter. Untuk menjelajahi gua-gua tersebut, wisatawan dapat menggunakan jasa pemandu lokal.

Begitu wisatawan masuk, aspek interior Gua Palat terbentang.

Stalaktit dan stalakmit dapat dilihat di dalam Gua Palat. Stalaktit dan stalagmit memiliki bentuk alami yang unik, menyerupai bentuk alat kelamin pria dan wanita. Keunikan lainnya, yaitu stalagmit yang berbentuk seperti kapal. Selain wisata gua, wisatawan juga bisa melakukan wisata religi. Hal ini karena di dekat mulut Gua Parat terdapat makam dua orang penyebar agama Islam, yaitu Pangeran Kasephan (Syekh Ahmad) dan Pangeran Khanoman (Syekh Muhammad).

Menurut cerita yang dikumpulkan dari situs web pariwisata Pangandaran (pariwisata.pangandarankab.go.id), Syekh Ahmad dan Syekh Muhammad adalah keturunan dari Pangeran Majah Agung, yang diyakini berasal dari Mesir.

Pangeran Maja Agung memerintahkan kedua putranya untuk mengikuti sang wali dan menyebarkan agama Islam. Jawa, yaitu sampai mereka tiba di Pangandaran.

Setelah berpisah cukup lama, Pangeran Maja Agung menyusul kedua putranya dan bertemu kembali di Gua Parat.

Lokasi Gua Parat hanya berjarak 10 menit dari kawasan wisata Pantai Pangandaran. Bila menggunakan jasa pemandu, wisatawan hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 50.000 hingga Rp 100.000 untuk dua orang untuk menjelajahi gua-gua yang terhubung dengan pantai timur Pangandaran sepuasnya.



Persiapan stamina

Wisata gua yang ketiga adalah Gunyaragi. Taman Air Gua Sunyaragi adalah salah satu tempat wisata utama di Kota Cirebon, Jawa Barat.

Gua ini merupakan salah satu peninggalan sejarah panjang Kesultanan Cirebon.

Sesuai dengan namanya, yang berasal dari kata Sunya yang berarti ketenangan, sedangkan Lagi berarti jiwa.

Meski demikian, lokasi wisata ini masih bisa dikunjungi oleh umum.

Menurut data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Barat, Taman Air Gua Sunyaragi memiliki luas kurang lebih 15.000 meter persegi.

Lanskap Taman Gua Sunyaragi memanjakan para wisatawan, dan bentuknya yang menyerupai candi semakin memanjakan mereka.

Di dalam kompleks Gua Sunyaragi terdapat gua-gua seperti Gua Peten, Gua Simanyan, Gua Padang Ati, Gua Pawon, dan Gua Argajumut yang masing-masing memiliki arti penting.

Gua-gua tersebut dihubungkan satu per satu oleh sebuah rongga besar.

Bangunan-bangunan di Taman Air Gua Sunyaragi didominasi oleh motif Wedasan dan Mega Mendung. Bentuknya yang seperti batu-batuan menjadi keunikan tersendiri dan kedua motif ini banyak dijumpai pada batik khas Cirebon.

Lokasi Gua Sunyaragi berada di Desa Sunyaragi, Kecamatan Kesambi dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit dari pusat kota Cirebon.

Untuk masuk ke kawasan wisata ini, wisatawan hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp10.000.

Wisata gua yang terakhir ada di Sanghyang Kenit, Bandung Barat.

Pembendungan aliran Sungai Sitarum Purba menuju PLTA Rajamandala membuat air yang melewati Sanghyang Kenit semakin dangkal.

Aliran sungai yang deras menjadi lebih tenang dan air sungai mengalir tanpa suara di antara bebatuan purba. Secara administratif, Sanghyang Kenit terletak di Kampung Chisamen, Desa Rajamandala Klong, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Namun, lokasinya berdekatan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Rajamandala.

Rasa gerah setelah melewati jalan-jalan di area pertambangan Chipatat, tempat keluar masuknya truk-truk pengangkut batu besar, seketika sirna saat melihat alam yang asri dan air yang jernih.

Wisatawan yang ingin mengunjungi gua-gua di sini dipandu oleh pemandu lokal dengan biaya Rp 150.000 per 10 orang.

Menjelajahi gua yang eksotis ini cukup menantang karena melewati celah-celah gua yang sempit dan licin.

Tak perlu dikatakan lagi, ada rute yang melewati genangan air hingga ke perut perairan Citarum purba, yang masih dihuni oleh berbagai spesies ikan seperti baung dan gabus.

Pemandu Anda akan menyediakan helm dan pelampung, tapi jangan lupa untuk membawa tenaga dan senter.

Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menelusuri gua.

Jika permukaan air sedang tinggi, Anda bisa naik ban dari pintu keluar gua, Sanghyang Tikoro, ke awal Sanghyang Kenit*