Jakarta-Deputi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Wisnu Widjaja mengingatkan masyarakat untuk tidak takut akan ancaman bencana saat berwisata saat mudik, asalkan memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat memitigasi.

"Dengan memetakan aplikasi Android Inarisk bagaimana memahami risiko, seperti mengunjungi tempat yang masih asing, dan mengenali kemungkinan terjadinya bencana, kita dapat mengetahui ancaman terjadinya bencana," kata Deputi BNPB bidang Pencegahan dan kesiapsiagaan pada konferensi pers di Graha BNPB di Jakarta, Jumat (31/5).

Dia mengatakan daerah-daerah yang berpotensi bencana tidak boleh dihindari, tetapi bisa dikunjungi, seperti Pangandaran.

"Ada kemungkinan tsunami, tapi belum terjadi dalam 50 tahun ke depan. Kita bisa sampai di sana tanpa takut bencana, tapi hati-hati karena ada kemungkinan tsunami. Caranya bukan dengan memilih akomodasi di lantai 1, misalnya memilih lantai 3," katanya.

Menurutnya, masyarakat juga harus mewaspadai ciri-ciri gempa besar, apalagi jika terjadi di tengah laut. Kenali tidak hanya rasa gempa, tetapi juga durasinya.

Jika gempa terjadi dalam rentang waktu 20-30 detik di dekat muara laut, kata Wisnu, biasanya dapat menimbulkan tsunami. Jika itu terjadi, setiap orang menyelamatkan diri dengan menemukan tempat aman setinggi mungkin.

"Ketika gempa bumi melanda dan kami mencoba menyelamatkan diri dari bagian dalam gedung, kami terus berusaha melindungi kepala kami agar tidak terluka akibat runtuhnya bangunan yang bisa terluka.," katanya.

"Kalau situasinya seperti itu, harus ada tindakan secepatnya atau early action, bukan early warning atau early warning," katanya.

Jika memungkinkan, saat berwisata mencari informasi terkini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lanjutnya, mengetahui kondisi terkini tentang fenomena alam.

"Datang ke tempat wisata, minimnya informasi dari BMKG, terutama terkait seperti apa ramalan cuaca. Misalnya, karena Anda seorang turis di sekitar sungai, dasarnya tampak cerah, tetapi Anda perlu mengetahui cuaca di hulu sungai, karena mungkin di atas bencana banjir bandang, warna air akan mulai keruh, misalnya, itu mungkin merupakan tanda peningkatan debit air yang dapat menyebabkan banjir bandang, " katanya

Dikatakannya, jika masyarakat sadar akan ancaman bencana, tentunya mereka siap setiap saat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, termasuk saat liburan mudik.

Jika budaya kesadaran bencana sudah mendarah daging, masyarakat tidak perlu takut dengan semua potensi bencana di sekitarnya, ujarnya.

"Waspadai ancamannya. Misalnya, pariwisata di Kaliulan Yogyakarta masih aman, meski dekat dengan Gunung Merapi, karena daerahnya jauh dari pegunungan. Jangan takut bencana selama Anda mengetahui risikonya, rumah sakit terdekat, dokter tempat Anda bepergian. Pendidikan itu perlu karena hanya kita yang belum terbiasa," katanya.